Lukisan Dunia


Lukisan Dunia


```الحكم العطائية لابن عطاء الله السكندري```
كَيْفَ يَشْرُقُ قَلْبٌ صُوَرُ الْأَكْوَانِ مُنْطَبِعَةٌ فِيْ مِرْآتِهِ أَمْ كَيْفَ يَرْحَلُ إِلىَ اللهِ وَهُوَ مُكَبَّلٌ بِشَهَوَاتِهِ أَمْ كَيْفَ يَطْمَعُ أَنْ يَدْخُلَ حَضْرَةَ اللهِ وَهُوَ لَمْ يَتَطَهَّرْ مِنْ جَنَابَةِ غَفَلَاتِهِ أَمْ كَيْفَ يَرْجُوْ أَنْ يَفْهَمَ دَقَائِقَ الْأَسْرَارِ وَهُوَ لَمْ يَتُبْ مِنْ هَفَوَاتِهِ.

Bagaimana hati dapat bersinar sementara gambar dunia terlukis dalam cerminnya?
Atau, bagaimana hati bisa berangkat menuju Allah sementara ia masih terbelenggu oleh syahwatnya?

Atau, bagaimana hati akan berantusias menghadap ke hadirat Allah bila ia belum suci dari “janabah” kelalaiannya?
Atau, bagaimana hati mampu memahami kedalaman misteri gaib padahal ia belum bertobat dari kesalahannya ?
Hikmah ini sangat berhubungan dengan hikmah sebelumnya. Karena uzlah yang dibarengi dengan berfikir jernih akan mampu membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah dan mendorong seseorang untuk mengetahui berbagai rahasia yang halus-halus.
Sedangkan hati yang masih memantulkan beraneka ragam gambaran tentang alam kemakhlukan, maka sesungguhnya ia telah terbelenggu dalam nafsu syahwat. Ia tidak akan mampu mencapai derajat tinggi dan masuk ke golongan orang-orang yang mendapatkan kemuliaan. Hal ini karena ia belum mampu membersihkan diri dari kelalaiannya yang diibaratkan dengan janabat, maka kelalaian itu akan menghalangi seseorang dari derajat kemuliaan, sebagaimana kondisi junub juga menghalangi seseorang dari memasuki masjid yang nota bene merupakan tempat untuk munajat dan mustajab.
Empat pertanyaan di atas merupakan bentuk pengingkaran yang bermakna nafi.
-Pertama, Tidak mungkin cahaya Allah dapat ditangkap untuk menghiasi hati manusia, apabila cermin hatinya masih tertutup oleh kegelapan dunia.

-Kedua, Seseorang tidak akan mampu menjumpai Allah, apabila ia masih terbelenggu dalam kubangan syahwatnya.
-Ketiga, Tidak mungkin seorang hamba dengan keinginan kerasnya untuk masuk ke hadirat Allah, padahal ia belum bersih dari janabat kelalaiannya.
-Sedangkan keempat, tidak mungkin manusia mampu memahami rahasia yang halus-halus apabila ia masih belum juga bertaubat dari kesalahannya.


Buka juga :

Post a Comment

Silahkan berkomentar

Previous Post Next Post