Berpuasa atau Shalat untuk Orang yang Masih Hidup |
Berpuasa atau Shalat untuk Orang yang Masih Hidup
Berpuasa atau Shalat untuk Orang yang Masih Hidup, Bolehkah ?
Terkadang dapat ditemukan sebagian orang yang mempuasakan keluarganya yang sedang sakit atau orangtua mereka yang sudah tua dan tentunya masih hidup. Bahkan tidak hanya puasa, shalat atas nama orang lainpun kadang dapat ditemukan lantaran sebab yang sama yaitu semisal orangtua yang sakit.
Abdullah Ibn Umar radhiyallahu ‘anhuma;
إن عبد الله بن عمر كان يسأل: هل يصوم أحد عن أحد أو يصلي أحد عن أحد؟ فيقول: لا يصوم أحد عن أحد ولا يصلي أحد عن أحد
“Sesungguhnya Abdullah Ibn Umar pernah ditanya apakah bisa seseorang berpuasa atau shalat atas nama orang lain? Ia menjawab; Tidak bisa seseorang berpuasa atau shalat atas nama orang lain.”
(Malik Ibn Anas, Al-Muwattha‘ Bi Riwâyah al-Laytsî, vol. 1, hal. 303, no. 669)
Al-Imam Abu Al-Hasan Ali Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Habib Al-Mawardi rahimahullah (w. 450 H);
أما الصيام عن الحي، فلا يجوز إجماعا بأمر أو غير أمر، عن قادر أو عاجز
“Sedangkan berpuasa atas nama orang yang masih hidup, baik orang mampu maupun tidak mampu tidak diperbolehkan berdasarkan ijma‘, karena disuruh maupun tidak disuruh.”
(Al-Hâwî Al-Kabîr Syarh Mukhtashar Al-Muzanî, vol. 15, hal. 708)
Al-Imam Abu Muhammad Ali Ibn Ahmad Ibn Sa‘id Ibn Hazm Al-Andalusi rahimahullah (w. 456 H);
وأجمعوا أنه لا يصوم أحد عن إنسان حي
“Para ulama berijma‘ bahwa seseorang tidak dapat berpuasa atas nama orang lain yang masih hidup.”
(Marâtib al-Ijmâ‘, hal. 40)
Al-Imam Abu Al-Walid Sulaiman Ibn Khalaf Ibn Sa‘d Al-Qurthubi Al-Baji rahimahullah (w. 474 H);
وعبادة مختصة بالجسد كالصوم والصلاة فلا خلاف في أنه لا تصح النيابة فيها
“Dan ibadah khusus yang terkait dengan badan (ibadah badaniyah) seperti puasa dan shalat tidak sah jika digantikan oleh orang lain, tanpa ada perbedaan pendapat.”
(Al-Muntaqâ Syarh Al-Muwattha’, vol. 2, hal. 342)
Al-Imam Abu Bakr Muhammad Ibn Abdillah Ibn Muhammad Al-Ma‘afiri rahimahullah (w. 543 H);
قال علماؤنا: لا يصلى أحد عن أحد باتفاق فرضا ولا نفلا حياة ولا موتا، وكذلك لا يصوم أحد عن أحد حيا، وفي الصوم عن الميت اختلاف
“Ulama kami mengatakan seseorang tidak boleh shalat fardhu maupun sunnah atas nama orang lain yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Begitu juga seseorang tidak boleh berpuasa atas nama orang lain yang masih hidup. Sedangkan berpuasa atas nama orang yang sudah meninggal terdapat perbedaan pendapat ulama.”
(Ibn Al-‘Arabi, ‘Aridhah al-Ahwadzî Bi Syarh Shahîh al-Tirmidzî, vol. 3, hal. 240)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :
"Para sahabat kami (ulama madzhab Syafi'iyah) dan selain mereka berkata: 'Tidak boleh berpuasa untuk seseorang yang masih hidup tanpa ada perselisihan (di kalangan ulama) baik orang yang dipuasakan tersebut tidak mampu atau mampu'."
(Al-Majmu', 6/371)
Hal ini ditegaskan lagi oleh Syaikhul-Islam Zakarya Al-Anshari rahimahullah dalam Asnaa Al-Mathaalib (1/428) :
"Tidak sah mempuasakan orang yang masih hidup tanpa ada perselisihan (di kalangan ulama), baik orang yang dipuasakan tersebut memiliki udzur (halangan berpuasa) ataupun tidak".
Dari penjelasan para ulama di atas, perbedaan pendapat ulama adalah terkait berpuasa atas nama orang lain yang sudah wafat. Sedangkan berpuasa atas nama orang yang masih hidup tidak diperbolehkan.
Allahu a'lam
Buka juga :
إرسال تعليق
Silahkan berkomentar